Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
LAPORAN PENDAHULUAN SPINAL CORD INJURY
LAPORAN PENDAHULUAN
SPINAL
CORD INJURY

DISUSUN
OLEH :
NAMA
: YUNITA AFRIDA MAKAI
NIM
: 17.01.034
PBK
: KEPERAWATAN KRITIS
YAYASAN
PERAWAT SULAWESI SELATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG
MAKASSAR
2022
1.Definisi
Penyakit
Spinal Cord Injury (SCI)
adalah kerusakan atau trauma pada sum-sum tulang belakang yangmengakibatkan
kerugian atau gangguan fungsi menyebabkan mobilitas dikurangi atau perasaan.
Penyebab umum dari kerusakan adalah trauma (kecelakaan mobil, tembak, jatuh,cedera
olahraga, dll) atau penyakit (myelitis melintang, Polio, spina bifida, Ataksia
Friedreich,dll). Sumsum tulang belakang tidak harus dipotong agar hilangnya
fungsi terjadi. Padakebanyakan orang dengan SCI, sumsum tulang belakang masih
utuh, tetapi kerusakan selular untuk itu mengakibatkan hilangnya fungsi. SCI
sangat berbeda dari cedera punggung seperti disk pecah, stenosis tulang belakang atau saraf
terjepit.
2.Etiologi
Cedera tulang belakang
yang paling sering traumatis, disebabkan oleh lateral yang lentur,rotasi
dislokasi, pemuatan aksial, dan hyperflexion atau hiperekstensi dari kabel atau
caudaequina. Kecelakaan kendaraan bermotor adalah penyebab paling umum dari
SCI, sedangkan penyebab lain meliputi jatuh, kecelakaan kerja, cedera olahraga
(menyelam, judo dll), dan penetrasi seperti luka tusuk atau tembak, kecelakaan
di rumah (jatuh dr ketinggian, bunuh diridll), dan bencana alam, misal gempa.
SCI juga dapat menjadi asal non-traumatik,. Seperti dalamkasus kanker, infeksi,
penyakit cakram intervertebralis, cedera tulang belakang, penyakitsumsum tulang
belakang vascular, transverse myelitis, tumor dan multiple sclerosis.
3.Manifestasi
Klinis
Manifestasi klinis
bergantung pada lokasi yang mengalami trauma dan apakah traumaterjadi secara
parsial atau total. Berikut ini adalah manifestasi berdasarkan lokasi trauma :
1)
Antara C1 sampai C5
Respiratori
paralisis dan kuadriplegi, biasanya pasien meninggal.
2)
Antara C5 dan C6
Paralisis
kaki, tangan, pergelangan; abduksi bahu dan fleksi siku yang lemah; kehilangan
refleks brachioradialis.
3)
Antara C6 dan C7
Paralisis
kaki, pergelangan, dan tangan, tapi pergerakan bahu dan fleksi siku masih
bisadilakukan; kehilangan refleks bisep.
4)
Antara C7 dan C8
Paralisis
kaki dan tangan
5)
C8 sampai T1
Horner's
syndrome (ptosis, miotic pupils, facial anhidrosis), paralisis kaki.
6)
Antara T11 dan T12
Paralisis
otot-otot kaki di atas dan bawah lutut.
7)
T12 sampai L1
Paralisis
di bawah lutut.
8)
Cauda equineHiporeflex atau paresis
extremitas bawah, biasanya nyeri dan biasanya nyeri dan sangatsensitive
terhadap sensasi, kehilangan kontrol bowel dan bladder.
9)
S3 sampai S5 atau conus medullaris pada L1
Kehilangan
kontrol bowel dan bladder secara total. (Sumber:www.jasper-sci.com)
4.Deskripsi patofisiologi
(Berdasarkan Kasus kegawat daruratan)
Cedera spinal cord terjadi akibat
patah tulang belakang, dan kasus terbanyak cedera spinalcord mengenai daerah
servikal dan lumbal. Cedera dapat terjadi akibat hiperfleksi,
hiperekstensi,kompresi atau rotasi pada tulang belakang.Fraktur pada cedera
spinal cord dapat berupa patah tulang sederhana, kompresi, kominutif,dan
dislokasi. Sedangkan kerusakan pada cedera spinal cord dapat berupa memar,
kontusio,kerusakan melintang laserasi dengan atau tanpa gangguan peredaran
darah, dan perdarahan.Kerusakan ini akan memblok syaraf parasimpatis untuk
melepaskan mediator kimia,kelumpuhan otot pernapasan, sehingga mengakibatkan
respon nyeri hebat dan akut anestesi.Iskemia dan hipoksemia syok spinal,
gangguan fungsi rektum serta kandung kemih. Gangguankebutuhan gangguan rasa
nyaman nyeri, oksigen dan potensial komplikasi, hipotensi, bradikardiadan
gangguan eliminasi.Temuan fisik pada spinal cord injury sangat bergantung pada
lokasi yang terkena: jika terjadicedera pada C-1 sampai C-3 pasien akan
mengalami tetraplegia dengan kehilangan fungsi pernapasan atau sistem muskular
total; jika cedera mengenai saraf C-4 dan C-5 akan terjaditetraplegia dengan
kerusakan, menurunnya kapasitas paru, ketergantungan total terhadap aktivitas
sehari-hari; jika terjadi cedera pada C-6 dan C-7 pasien akan mengalami
tetraplegiadengan beberapa gerakan lengan atau tangan yang memungkinkan untuk
melakukan sebagianaktivitas sehari-hari; jika terjadi kerusakan pada spinal C-7
sampai T-1 seseorang akanmengalami tetraplegia dengan keterbatasan menggunakan
jari tangan, meningkatkemandiriannya; pada T-2 sampai L-1 akan terjadi
paraplegia dengan fungsi tangan dan berbagaifungsi dari otot interkostal dan
abdomen masih baik; jika terjadi cedera pada L-1 dan L-2 ataudibawahnya, maka
orang tersebut akan kehilangan fungsi motorik dan sensorik, kehilanganfungsi
defekasi dan berkemih.
5.Tahapan / Grade/ Tingkatan Penyakit
(contoh Gagal Jantung, Kanker, CKD, dll)
Cedera umum medula spinalis dapat
dibagi menjadi komplet dan tidak komplit berdasarkanada/tidaknya fungsi yang
dipertahankan di bawah lesi. Terdapat 5 sindrom utama cedera medulaspinalis
inkomplet menurut American Spinal Cord Injury Association
yaitu :
(1)Central Cord Syndrome
(2) Brown Sequard Syndrome
(3) Anterior Cord Syndrome
(4) Posterior Cord Syndrome
(5)Cauda Equina Syndrome
Lee
menambahkan lagi sebuah sindrom inkomplet yang sangat jarang terjadi
yaituPosterior Cord Syndrome Central Cord Syndrome (CCS) biasanya terjadi
setelah cederahiperekstensi. Sering terjadi pada individu di usia pertengahan
dengan spondilosiscervicalis. Predileksi lesi yang paling sering adalah medulla
spinalis segmen servikal, terutama pada vertebra C4-C6.Sebagian kasus tidak
ditandai oleh adanya kerusakan tulang. Mekanisme terjadinyacedera adalah akibat
penjepitan medulla spinalis oleh ligamentum flavum di posterior dankompresi
osteofit atau material diskus dari anterior. Bagian medulla spinalis yang
paling rentanadalah bagian dengan vaskularisasi yang paling banyak yaitu bagian
sentral. Pada Central CordSyndrome, bagian yang paling menderita gaya trauma
dapat mengalami nekrosis traumatikayang permanen. Edema yang ditimbulkan dapat
meluas sampai 1-2 segmen di bawah dan di atastitik pusat cedera. Sebagian besar
kasus Central Cord Syndrome menunjukkan hipo/isointens pada T1 dan hiperintens
pada T2, yang mengindikasikan adanya edema. Gambaran khas CentralCord Syndrome
adalah kelemahan yang lebih prominen pada ekstremitas atasdibanding ektremitas
bawah. Pemulihan fungsi ekstremitas bawah biasanya lebih cepat,sementara pada
ekstremitas atas (terutama tangan dan jari) sangat sering dijumpai
disabilitasneurologic permanen. Hal ini terutama disebabkan karena pusat cedera
paling sering adalahsetinggi VC4-VC5 dengan kerusakan paling hebat di medulla
spinalis C6 dengan lesi LMN.Gambaran klinik dapat bervariasi, pada beberapa
kasus dilaporkan disabilitas permanen yangunilateral.
a.Klasifikasi
berdasarkan keparahan
1)Klasifikasi Frankel :
Grade A : motoris (-), sensoris (-)
Grade B : motoris (-), sensoris (+)
Grade C : motoris (+) dengan ROM 2 atau 3,
sensoris (+)
Grade D : motoris (+) denganROM 4,
sensoris (+)
Grade E : motoris (+) normal, sensoris (+)
2)Klasifikasi ASIA (American Spinal Injury
Association)
Grade A : motoris (-), sensoris (-)
termasuk pada segmen sacral
Grade B : hanya sensoris (+)
Grade C : motoris (+) dengan kekuatan otot
<
Grade D : Motoris (+) dengan kekuatan otot
> 3
Grade E : motoris dan sensoris normal
Sedangkan
lesi pada medula spinalis menurut ASIA resived 2000, terbagi atas:a.Paraplegi:
Suatu gangguan atau hilangnya fungsi motorik atau dan sensorik karenakerusakan
pada segment thoraco-lumbo-sacral. b.Quadriplegi: Suatu gangguan atau hilangnya
fungsi motorik atau dan sensorik karenakerusakan pada segment cervikal.
6.Pemeriksaan
Penunjang
a) Evaluasi
Klinik Ketika pasien yang mengeluh sakit leher, meskipun mereka tidak
benar-benar terjaga,atau ketika mereka telah jelas kelemahan. Kita harus
mewaspadai adanya SCI, dari tandadan gejala diatas dengan pemeriksaan
radiologi.
b) Pemeriksaan
RadiologiPasien dengan SCI juga dapat menerima baik komputerisasi Tomography
(CT scan atauCAT) dan magnetis resonansi imaging (MRI) dari tulang belakang.
Karena alasan diatas, perlu dilakukan pemeriksaan radiografi tulang belakang
servikal pada semua pasiencedera kepala sedang dan berat. Radiograf yang
diambil di UGD kualitasnya tidak selalu baik dan bila tetap diduga adanya
cedera tulang belakang, radiograf selanjutnya diambillagi termasuk tampilan
oblik bila perlu, serta (pada daerah servikal) dengan leher padafleksi serta
ekstensi bila diindikasikan. Tampilan melalui mulut terbuka perlu untuk
memperlihatkan proses odontoid pada bidang antero-posterior.
c) Intensive
Care Unit
Standar perawatan ICU, termasuk menjaga
tekanan darah yang stabil, pemantauan fungsicardiovascular, memastikan
ventilasi yang memadai dan fungsi paru-paru, dan mencegahinfeksi dan segera
merawat dan komplikasi lain, adalah penting agar SCI pasien dapatmencapai hasil
yang terbaik.
d) Steroid
TherapyMethylprednisolone, sebuah obat steroid, menjadi tersedia sebagai
perawatan untuk SCIakut pada tahun 1990 ketika seorang multicenter percobaan
klinis menunjukkan lebihneurological mengubah skor di pasien yang diberi obat
di dalam delapan bulan pertamadari cedera.
7.Penatalaksanaan
Medis/Operatif
v Penatalaksaan
MedisTindakan-tindakan untuk imobilisasi dan mempertahankan vertebral dalam
posisi lurus: pemakaian kollar leher, bantal pasir atau kantung IV untuk
mempertahankan agar leher stabil, dan menggunakan papan punggung bila
memindahkan pasien; melakukan traksiskeletal untuk fraktur servikal, yang
meliputi penggunaan Crutchfield, Vinke, atau tongGard-Wellsbrace pada
tengkorak, tirah baring total dan pakaikan brace haloi untuk pasiendengan
fraktur servikal stabil ringan; pembedahan (laminektomi, fusi spinal atau
insersi batang Harrington) untuk mengurangi tekanan pada spinal bila pada
pemeriksaan sinar-Xditemui spinal tidak aktif.Intervensi bedah = Laminektomi,
dilakukan bila: deformitas tidak dapat dikurangi denganfraksi, terdapat
ketidakstabilan signifikan dari spinal servikal, cedera terjadi pada
regionlumbar atau torakal, status neurologis mengalami penyimpanan untuk
mengurangi fraktur spinal atau dislokasi atau dekompres medulla. (Diane C.
Braughman, 2000 ; 88-89).Tindakan-tidakan untuk mengurangi pembengkakan pada
medula spinalis denganmenggunakan glukortiko steroid intravena
v Penatalaksanaan
Keperawatan
Pengkajian fisik didasarakan pada
pemeriksaan pada neurologis, kemungkinan didapatidefisit motorik dan sensorik
di bawah area yang terkena: syok spinal, nyeri, perubahanfungsi kandung kemih,
perusakan fungsi seksual pada pria, pada wanita umumnya tidak terganggu fungsi
seksualnya, perubahan fungsi defekasi; kaji perasaan pasien terhadapkondisinya;
lakukan pemeriksaan diagnostik; pertahankan prinsip A-B-C (Airway,Breathing,
Circulation) agar kondisi pasien tidak semakin memburuk.
8.Pemeriksaan fisik (Berdasarkan
ABCD/Kasus Kegwatdaruratan)
·
Pengkajian
1)Riwayat Penyakit Sebelumnya
-Apakah klien pernah menderita :
-Penyakit stroke
-Infeksi otak
-DM-Diare dan muntah yang berlebihan
-Tumor otak
-Intoksiaksi insektisida
-Trauma kepala
-Epilepsi dll.
2)Pemeriksaan Fisik
§ Sistem
pernafasan
Gangguan pernafasan, menurunnya vital
kapasitas, menggunakan otot-otot pernafasan tambahan
§ Sistem
kardiovaskuler
Bardikardia, hipotensi, disritmia, orthostatic
hipotensi
§ Status
neurologi
Nilai GCS karena 20% cedera medulla
spinalis disertai cedera kepala.
§ Fungsi
motoric
Kehilangan sebagian atau seluruh gerakan
motorik dibawah garis kerusakan,adanya quadriplegia, paraplegia.
§ Refleks
Tendon
Adanya spinal shock seperti hilangnya
reflex dibawah garis kerusakan, post spinalshock seperti adanya hiperefleksia (
pada gangguan upper motor neuron/UMN)dan flaccid pada gangguan lower motor
neuron/ LMN).
§ Fungsi
sensorik
Hilangnya sensasi sebagian atau seluruh
bagian dibawah garis kerusakan.
§ Fungsi
otonom
Hilangnya tonus vasomotor, kerusakan
termoreguler.
§ Autonomik
hiperefleksia
(kerusakan pada T6 ke atas)Adanya nyeri
kepala, peningkatan tekanan darah, bradikardia, hidungtersumbat, pucat dibawah
garis kerusakan, cemas dan gangguan penglihatan.
§ Sistem
gastrointestinal
Pengosongan lambung yang lama, ileus
paralitik, tidak ada bising usus, stressulcer, feses keras atau inkontinensia.
§ Sistem
urinaria
Retensi urine, inkontinensia
§ Sistem
Muskuloskletal
Atropi otot, kontraktur, menurunnya gerak
sendi (ROM)-Kulit Adanya kemerahan pada daerah yang terrtekan (tanda awal
decubitus
§ Fungsi
seksual.
Impoten, gangguan ereksi, ejakulasi,
menstruasi tidak teratur.
§ Psikososial
Reaksi pasien dan keluarga, masalah
keuangan, hubungan denganmasyarakat.
9. Diagnosa Keperawatan yang mungkin
muncul dan Prioritas Diagnosa
§ Pola
napas tidak efektif berhubungan dengan kelumpuhan otot diafragma,
kelemahandengan paralisis otot abdominal dan interkostal serta ketidakmampuan
untuk membersihkan sekresi.
§ Kerusakan
mobilitas fisik berhubungan dengan kelumpuhan, sensorik dan motoric
§ Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya cedera, pengobatan dannamanya
imobilitas.
§ Gangguan
eliminasi alvi /konstipasi berhubungan dengan gangguan persarafan pada ususdan
rectum, adanya atonik kolon sebagai akibat gangguan autonomic.Perubahan pola
eliminasi urine berhubungan dengan kelumpuhan syarat perkemihan,ketidakmampuan
untuk berkemih spontan
§ Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, kehilangan sensori
danmobilitasPrinsip-Prinsip Utama Penatalaksanaan Trauma Spinal:
§ ImmobilisasiTindakan
immobilisasi harus sudah dimulai dari tempat kejadian/kecelakaan sampai keunit
gawat darurat.. Yang pertama ialah immobilisasi dan stabilkan leher dalam
posisinormal; dengan menggunakan ’cervical collar’. Cegah agar leher tidak
terputar (rotation).Baringkan penderita dalam posisi terlentang (supine) pada tempat/alas
yang keras.Pasien diangkat/dibawa dengan cara ”4 men lift” atau menggunakan
’Robinson’sorthopaedic stretcher’.
§ Stabilisasi
MedisTerutama sekali pada penderita tetraparesis/etraplegia:-Periksa vital
signs-Pasang ’nasogastric tube’-Pasang kateter urin-Segera normalkan ’vital
signs’.Pertahankan tekanan darah yang normal dan perfusi jaringan yang baik.
Berikan oksigen,monitor produksi urin, bila perlu monitor AGD (analisa gas
darah), dan periksa apa adaneurogenic shock. Pemberian megadose Methyl Prednisolone
Sodium Succinate dalamkurun waktu 6 jam setaleh kecelakaan dapat memperbaiki
konntusio medula spinalis.
§ Mempertahankan
posisi normal vertebra (”Spinal Alignment”)Bila terdapat fraktur servikal
dilakukan traksi dengan Cruthfield tong atau Gardner-Wellstong dengan beban 2.5
kg perdiskus. Bila terjadi dislokasi traksi diberikan dengan bebanyang lebih
ringan, beban ditambah setiap 15 menit sampai terjadi reduksi
§ Dekompresi
dan Stabilisasi SpinalBila terjadi ’realignment’ artinya terjadi dekompresi. Bila
’realignment’ dengan caratertutup ini gagal maka dilakukan ’open reduction’ dan
stabilisasi dengan’approach’anterior atau posterior.
§ Rehabilitasi.Rehabilitasi
fisik harus dikerjakan sedini mungkin. Termasuk dalam program iniadalah
’bladder training’, ’bowel training’, latihan otot pernafasan,
pencapaianoptimal fungsi-fungsi neurologik dan program kursi roda bagi
penderita paraparesis/paraplegia.
DAFTAR
PUSTAKA
Postingan Populer
SAP (Satuan Acara Penyuluhan) DAN PENYULUHAN KEBERSIHAN DIRI
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar