Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN OSTEOSARCOMA
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA PASIEN OSTEOSARKOMA

KELOMPOK III
Amriani (1801047)
Novi (1801025)
Nadika Mutya Pratista (1801013)
Selvianti Anggela (1801016)
Andi Muh. Firmansyah (1801038)
Muliani Indah Sari (1801022)
Jody Supriadi (1801018)
Muh. Farhan Rizqullah (1801019)
Ismeralda Labinisi (1801020)
Martina Yosnalia Watem (1801021)
Shavira Caprilya (1801092)
Winda Puspitasari (1801036)
Suharni (1801040)
Sarah (1801042)
Sekarini M
(1801043)
Murnayunita Zakaria
(1801044)
Nur Wahida (1801045)
Anggri Haryadin (1801050)
Ericha (1801051)
Yunita
A. Makai (1701034)
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PANAKKUKANG MAKASSAR
2021
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Osteosarkoma, merupakan tumor tulang ganas yang paling
sering terjadi pada kelompok anak-anak. Tumor ini dicirikan oleh adanya
produksi matriks osteoid dan sel tulang oleh sel spindel yang ganas.
Insidensnya terbanyak pada kelompok umur dekade kedua dan terendah setelah usia
50 tahun. Osteosarkoma muncul di sekitar lempeng pertumbuhan dari tulang
panjang. Mayoritas osteosarkoma tergolong high grade dan memiliki kecenderungan
untuk metastasis ke paru-paru. Progresivitas osteosarkoma ditentukan oleh
metastasis dan rekurensi yang timbul. Penderita osteosarkoma yang datang
berobat biasanya sudah mencapai stadium lanjut dan telah mengalami proses
metastasis, umumnya penderita ini memiliki prognosis yang buruk. Proses
metastasis dapat dievaluasi dengan melakukan evaluasi klinis dan radiologis.
Masih belum banyak penelitian yang meneliti parameter laboratorium pada proses
metastasis dan rekurensi pada osteosarkoma. Dari kenyataan ini timbul suatu
pemikiran apakah progresivitas osteosarkoma yang dicirikan oleh adanya
metastasis dan rekurensi dapat dievaluasi dengan melakukan pemeriksaan
parameter-parameter laboratorium.
Salah satu pemeriksaan laboratorium yang hingga saat
ini masih kontroversial adalah BMP-2 (Bone Morphogenetic Protein-2). Bone
morphogenetic protein (BMPs) termasuk dalam kelompok transforming growth factor
β superfamily. BMPs memiliki banyak fungsi, termasuk di antaranya yaitu
pembentukan tulang. Peningkatan ekspresi BMP tampak terlihat dalam proses
normal dari perbaikan tulang, dan BMPs juga terekspresikan pada proses
keganasan, seperti osteosarkoma. Dalam studi yang dilakukan oleh Raida dkk.
disebutkan bahwa BMP-2 dapat menginduksi proses tumor angiogenesis (Raida M, et
al. 2005). Demikian pula dengan penelitian Luo dkk (2008) yang menyatakan bahwa
BMP dapat menginduksi pertumbuhan tumor pada osteosarkoma. Namun pada studi
yang dilakukan oleh Wang dkk. Disebutkan bahwa penggunaan BMP-2 dapat
menghambat progresivitas sel tumor osteosarkoma dengan memberikan efek supresi
atau bahkan mengeliminasi sel-sel tumor tulang tersebut (Wang et al., 2012).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Rici dkk. memberikan hasil yang serupa
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wang, dimana Rici menemukan bahwa
modulasi angiogenesis dari osteosarkoma pada anjing dapat dilakukan dengan
pemberian BMP-2 dan sel stem mesenkim (Rici et al., 2013).
Berhubungan dengan kontroversi terhadap peran dari
BMP-2 pada osteosarkoma, apakah menginduksi ataukah mensupresi/mengeliminasi,
maka pada penelitian ini, penulis ingin mengetahui apakah ada hubungan antara
ekspresi BMP-2 dengan progresivitas dari osteosarkoma yang dapat dievaluasi
dengan melakukan analisis pada tingkat metastasis dan rekurensinya.
B.
Anatomi Fisiologi Kasus
Tulang terdiri dari beragam bentuk
dan ukuran, ada yang panjang, ada yang pipih, ada yang bentuknya seperti biji.
Secara garis besar tulang dapat di klasifikasikan berdasarkan bentuknya yang
panjang, pendek, pipih dan tidak beraturan.
1. Tulang
panjang, yaitu tulang yang berbentuk silindris, yang terdiri dari difisis dan
epifisis yang berfungsi untuk menahan berat tubuh dan berperan dalam
pergerakan.
2. Tulang
pendek, yaitu tulang yang berstruktur kuboid yang biasanya ditemukan
berkelompok yang berfungsi memberikan kekuatan dan kekompakkan pada area yang
pergerakannya terbatas. Contoh tulang pergelangan tangan dan kaki
3. Tulang
pipih, yaitu tulang yang strukturnya mirip lempeng yang berfungsi untuk
memberikan suatu permukaan yang luas untuk perlekatan otot dan memberikan
perlindungan. Contoh sternum, scapulae, iga, tulang tengkorak.
4. Tulang
irreguler, yaitu tulang yang bentuknya
tidak beraturan dengan struktur tulang yang sama dengan tulang pendek. Contoh
tulang vertebrae dan tulang panggul.
5. Tulang
sesamoid, yaitu tulang kecil bulat yang masuk dalam formasi persendian yang
bersambung dengan kartilago, ligamen atau tulang lainnya. Contoh patella.
(Setiadi , 2007)
• Matriks
tulang
50% dari berat matriks tulang adalah bahan
anorganik, yang teristimewa dan banyak dijumpai adalah kalsium dan fosfor,
namun bikarbonat, sitrat, magnesium, kalium, dan natrium juga ditemukan . Bahan
organik dalam matriks tulang adalah kolagen tipe I da substansi dasar, yang
mengandung agregat proteoglikan dan beberapa glikoprotein struktural spesifik.
Glikoprotein tulang bertanggung jawab atas kelancaran kalsifikasi matriks
tulang. Jaringan lain yang mengandung kolagen tipe I biasanya tidak mengapur
dan tidak mengandung glikoprotein tersebut. Karena kandungan kolagen tinggi,
matriks tulang yang terdekalsifikasi terikat kuat dengan pewarna serat kolagen
(Junqueira, 2007).
Gabungan mineral dan serat kolagen memberikan
sifat keras dan ketahanan pada jaringan tulang. Setelah tulang
terdekalsifikasi, bentuknya tetap terjaga, namun menjadi fleksibel mirip
tendon. Walaupun bahan organik dari matriks tulang sudah menghilang, bentuk
tulang masih tetap terjaga, namun menjadi rapuh, mudah patah dan hancur bila
dipegang. (Junqueira, 2007).
• Osteoblas
Osteoblas bertanggung jawab atas sintesis
komponen organik matriks tulang (kolagen tipe I, proteoglikan, dan
glikoprotein). Deposisi komponen anorganik dari tulang juga bergantung pada
adanya osteoblas aktif. Osteoblas hanya terdapat pada permukaan tulang, dan
letaknya berseblahan, mirip epitel selapis. Bila osteoblas aktif menyintesis
matriks, osteoblas memiliki bentuk kuboid sampai silindris dengan sitoplasma
basofilik. Bila aktivitas sintesisnya menurun seltersebut dapat menjadi gepeng
dan sifat basofilik pada sitoplasmanya akan berkurang (Junqueira,2007).
• Osteosit
Osteosit berasal dari osteoblas, terletak di
dalam lakuna yang terletak di antara lamela-lamela matriks. Hanya ada satu
osteosit di dalam satu lakuna. Bila dibandingkan dengan osteoblas, osteosit
yang gepeng dan berbentuk kenari tersebut memiliki sedikit retikulum endoplasma
kasar dan kompleks Golgi serta kromatin inti yang lebih padat. Sel-sel ini
secara aktif terlibat untuk mempertahankan matriks tulang, dan kematiannya
diikuti oleh resorpsi matriks tersebut (Junqueira, 2007).
• Osteoklas
Sel motil bercabang yang sangat besar. Bagian
badan sel mengandung sampai 50 inti atau bahkan lebih. Pada daerah terjadinya
resorpsi tulang, osteoklas terdapat di dalam lekukan yang terbentuk akibat
kerja enzim pada matriks, yang dikenal dengan lakuna Howsip. Osteoklas berasal
dari penggabungan sel-sel sumsum tulang belakang. Osteoklas mengeluarkan
kolagenase dan enzim proteolitik lain yang menyebabkan matriks tulang
melepaskan substansi dasar yang mengapur (Junqueira, 2007).
• Periosteum
Terdiri atas lapisan luar serat-serat kolagen
dan fibroblas. Berkas serat kolagen periosteum memasuki matriks tulang dan
mengikat periosteum pada tulang. Lapisan periosteum yang lebih banyak
mengandung sel berpotensi membelah melalui mitosis dan berkembang menjadi
osteoblas. Sel ini disebut sel osteoprogenitor dan sel ini berperan penting
pada pertumbuhan dan perbaikan tulang (Junqueira, 2007).
• Endosteum
Melapisi semua rongga dalam di dalam tulang
dan terdiri atas selapis sel osteoprogenitorgepeng dan sejumlah kecil jaringan
ikat. Karenanya, endosteum lebih tipis daripada periosteum. (Junqueira,2007)
Fungsi utama periosteum dan endosteum adalah
memberi nutrisi kepada jaringan tulang dan menyediakan osteoklas beru secara
kontinu untuk perbaikan atau pertumbuhan tulang. (Junqueira,2007)
·
Fisiologi
Tulang berasal dari kata osteo sehingga sel
tulang disebut osteosit. Matriks tulang yang tersusun atas garam kalsium dan kolagen,
yang membuatnya kuat, keras dan tidak fleksibel. Pada bedan tulang panjang
misalnya femur, osteosit matriks dan pembuluh darah terangkai amat rapi yang
disebut sistem havers. Tulang memiliki suplai darah yang bagus sehingga
berperan sebagai tempat penimbunan kalsium, dan ketika terjadi faktur ringan,
tulang dapat memperbaiki dirinya sendiri relatif cepat. Beberapa tulang ,
misalnya sternum dan tulang pelvis, mengandung sumsum tulang merah, yang
berperan sebagai jaringan hemopoietik
yang menghasilkan darah (Scanlon, 2007).
Fungsi
tulang antara lain adalah sebagai berikut:
1. Sebagai
formasi kerangka yang menopang tubuh,
membentuk tubuh dan ukuran tubuh, dan sebagai tempat perlekatan otot sebagai
alat gerak aktif.
2. Melindungi
beberapa organ dalam dari kerusakan mekanis, misalnya, rangka dada melindungi
jantung dan paru-paru.
3. Mengandung
dan melindungi sumsum tulang belakang yang berperan dalam proses hematopoiesis
(pembentukan sel-sel darah merah)
4. Menjadi
tempat penyimpanan minelar teutama kalsium. Kalsium dapat dipindahkan dari
tulang untuk mempertahan kan kadar kalsium darah, yang penting bagi pembekuan
darah serta fungsi otot dan syaraf. (Scanlon, 2007)
BAB
II
KONSEP
MEDIS
A.
Pengertian
Osteosarkoma
(sarkoma osteogenik) merupakan tulang primer maligna
yang paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada
anak-anak.rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka
kejadian pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetapi pada akhir
masa remaja penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki
(Smeltzer, 2001).
Sarkoma
adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle. 1999: 244). Kanker
adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi
jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.(Wong.
2003: 595).
Sarkoma
osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang
tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. (Price. 1998:
1213).
B.
Klasifikasi
I.
Tumor Tulang Jinak (Benigna)
II.
Tumor Tulang Ganas (Maligna)
·
Primer
·
Sekunder (Metastatic)
1.
Tumor
Tulang Jinak (Benigna)
Tumbuh
lambat, berbatas tegas, gejalanya sedikit dan tidak menyebabkan kematian.
Jenis tumor
tulang jinak:
·
Kista tulang
·
Osteokondroma
·
Osteoid
osteoma
·
Giant cell
tumor
A.
Kista Tulang
Ø Kista tulang aneurisma : Teraba massa + nyeri di tulang panjang,vertebra atau tulang pipih.
Ø Kista tulang unikamera : Terjadi pada anak-anak, nyeri ringan, kadang
sembuh spontan.
B.
Osteokondroma
Tumor yang
membentuk tulang rawan (kondrogenik)
-
Sering
terjadi.
-
Teraba massa
di lutut dan bahu
C.
Osteoid Osteoma
Tumor yang
membentuk tulang (osteogenik).
Ø Tumor nyeri yang terjadi pada anak-anak dan dewasa muda
D.
Giant cell tumor
Terjadi pada
dewasa muda dan bersifat lunak serta haemoragis.
Ø Dapat menginvasi jaringan local dan menyebabkan destruksi
2. Tumor Tulang
Ganas (Maligna) Primer
Tumor tulang
maligna primer relative jarang dan biasanya tumbuh dari sel jaringan ikatdan
penyokong atau elemen sumsum tulang (myeloma).
·
Jenis-jenis
tumor tulang ganas
o
Osteosarcoma
o
Kondrosarcoma
o Fibrosarcoma
a.
Osteosarcoma
Tumor yang
membentuktulang (osteogenik)
o Merupakan tumor tulang ganas yang paling sering dan paling fatal
b.
Kondrosarcoma
Tumor besar
yang tumbuhnya lambat dan mengenaiorang dewasa (pria lebih sering).
o Kedua terbanyak
o Metastasis jarang hanya terjadikurang dari 50% penderita.
c.
Fibrosarcoma
Merupakan
tumor jaringan ikat.
o Tumor tulang malignan yang paling jarang
o Lokasi tersering di lutut dan femur
3.
Tumor Tulang Ganas Sekunder
-
Tumor ini
lebih sering daripada tumor ganas primer
-
Tumor dari
jaringan tubuh mana saja →menginvasi tulang →terjadi destruksitulang →
gejalanya mirip dengan tumor ganas primer
-
Tumor yang
bermetastasis ketulang yangpaling sering bersasal dari :
o Ca ginjal - Ca Payudara
o Ca prostat - Ca Ovarium
o Ca paru - Ca tiroid
-
Tulang yang terkena
metastasis paling sering :
o Kranium
o Vertebra
o Pelvis
o Femur
o Humerus
C.
Etiologi
Penyebab pasti
terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat
meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis
tinggi, Keturunan, Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit
paget (akibat pajananradiasi ), (Smeltzer. 2001). Adapun faktor predisposisi yang
dapat menyebabkan osteosarcoma antara lain :
1.
Trauma
Osteosarcoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinyainjuri.
Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap sebagai penyebab utama karena
tulang yang fraktur akibat trauma ringan maupun parah jarang menyebabkan
osteosarcoma.
2.
Ekstrinsik
karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama
dan melebihi dosis juga diduga merupakan
penyebab terjadinya osteosarcoma ini. Salah satu contohadalah
radium. Radiasi yang diberikan untuk penyakit tulang seperti kista
tulanganeurismal, fibrous displasia, setelah 3-40 tahun dapat
mengakibatkanosteosarcoma.
3.
Karsinogenik
kimia
Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita
tuberculosismengakibatkan 14 dari 53 pasien berkembang menjadi osteosarcoma.
4.
Virus
Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan
osteosarcoma baru dilakukan pada hewan, sedangkan sejumlah
usaha untuk menemukan oncogenik virus pada osteosarcoma manusia
tidak berhasil. Walaupun beberapa laporan menyatakan adanya partikel seperti
virus pada sel osteosarcoma dalam kultur jaringan. Bahan kimia, virus, radiasi,
dan faktor trauma. Pertumbuhan yang cepat dan besarnya ukuran tubuh dapat juga
menyebabkan terjadinya osteosarcoma selama masa pubertas. Hal ini
menunjukkan bahwa hormon sex penting walaupun
belum jelas bagaimana hormon dapat mempengaruhi perkembanagan
osteosarcoma.
5.
Keturunan (
genetik )
D.
Patofisiologi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan
jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan
respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang
dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka
terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi partumbuhan
tulang yang abortif. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan
biasa ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas
tibia. Secara histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat
yang berdifferensiasi jelek dan sering dengan elemen jaringan lunak seperti
jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling
dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding
periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis epifisis membentuk
terhadap gambarannya di dalam tulang. Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang
penyebab pastinya tidak diketahui. Ada beberapa factor resiko yang dapat
menyebabkan osteosarkoma. Sel berdiferensiasi dengan pertumbuhan yang abnormal
dan cepat pada tulang panjang akan menyebabkan munculnya neoplasma
(osteosarkoma). Penampakan luar dari osteosarkoma adalah bervariasi. Bisa
berupa :
1.
Osteolitik dimana tulang telah mengalami perusakan
dan jaringan lunak diinvasi oleh tumor.
2.
Osteoblastik sebagai akibat pembentukan tulang
sklerotik yang baru.
Periosteum
tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi, dan pada hasil pemeriksaan
radigrafi menunjukkan adanya suatu bangunan yang berbentuk segitiga. Walaupun
gambaran ini juga dapat terlihat pada berbagai bentuk keganasantulang yang
lain, tetapi bersifat khas untuk osteosarkoma; tumor itu sendiri dapat
menghasilkan suatu pertumbuhan tulang yang bersifat abortif. Gambaran seperti
ini pada radiogram akan terlihat sebagai suatu “sunburst” (pancaran
sinar matahari). Reaksi tulang normal dengan respon osteolitik
dapat bermetastase ke paru- parudan keadaan ini diketahui ketika pasien pertama
kali berobat. Jika belum terjadi penyebaran ke paru-paru, maka
angka harapan hidup mencapai 60%. Tetapi jika sudah terjadi
penyebaran ke paru-paru merupakan angka mortalitas tinggi. Tumor bisa menyebabkan tulang menjadi
lemah. Patah tulang di tempat tumbuhnya tumor disebut fraktur
patologis dan seringkali terjadi setelah suatu gerakan rutin. Dapat juga terjadi
pembengkakan, dimana pada tumor mungkin teraba hangat dan agak memerah.
(Smeltzer, Suzanne C, 2001).
E.
Tanda dan
Gejala
Gejala dan tanda biasanya dapat
terjadi seminggu atau sebulan sebelum pasien didiagnosa.
Gejala umum :
• Adanya rasa sakit, ketika
beraktifitas
• Penderita osteosarkoma akan
merasakan nyeri pada tulangnya pada saat malam hari.
• Penderita osteosarkoma sering jatuh
• Bengkak, tergantung besar dan
lokasi lesi
• Faktor herediter
Gejala sistemik :
• Demam
• Berkeringat pada malam hari
(biasanya terjadi pada penderita tuberculosis yang menggunakan thorium sebagai
obat )
Pemeriksaan secara fisik biasanya
dilakukan untuk mengetahui tumor primer antara lain :
• Palpasi, adanya massa yang lunak
dan panas.
• Adanya pergerakan
• Respiratori, auskultasi yang tidak
normal.
F. Komplikasi
Komplikasi yang
dapat timbul,antara lain gangguan produksi anti- bodi, infeksi yang biasa
disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang yang luas dan merupakan juga efek dari
kemoterapi, radioterapi,dan steroid yang dapat menyokong terjadinya leucopenia
dan fraktur patologis, gangguan
ginjal dan system hematologis,serta hilangnya
anggota ekstremitas. Komplikasi
lebih lanjut adalah adanya tanda-tanda apatis dan kelemahan.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
Biasanya
gambaran radiogram dapat membantu untuk menentukan keganasan relatif daritumor
tulang. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosis meliputi foto sinar-x lokal pada lokasi lesi atau foto survei seluruh
tulang (bone survey) apabila ada gambaran klinis yang mendukung adanya tumor
ganas/ metastasis. Foto polos tulang dapat memberikan gambaran tentang:
a.
Lokasi
lesi yang lebih akurat, apakah pada daerah epifisis, metafisis, diafisis,
ataupada organ-organ tertentu.
b.
Apakah
tumor bersifat soliter atau multiple.
c.
Jenis
tulang yang terkena.
d.
Dapat
memberikan gambaran sifat tumor, yaitu:
e.
Batas,
apakah berbatas tegas atau tidak, mengandung kalsifikasi atau tidak.
f.
Sifat
tumor, apakah bersifat uniform atau bervariasi, apakah memberikan reaksi pada
periosteum, apakah jaringan lunak di sekitarnya terinfiltrasi.
g.
Sifat
lesi, apakah berbentuk kistik atau seperti gelembung sabun.
a. Pemindaian radionuklida.
Pemeriksaan
ini biasanya dipergunakan pada lesi yang kecil seperti osteoma.
b. CT-scan.
Pemeriksaan
CT-scan dapat memberikan informasi tentang keberadaantumor, apakah intraoseus
atau ekstraoseus.
c. MRI
MRI
dapat memberika informasi tentang apakah tumor berada dalam tulang,apakah tumor
berekspansi ke dalam sendi atau ke jaringan lunak.
2.
Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium merupakan
pemeriksaan tambahan/ penunjang dalam membantu menegakkan diagnosis tumor.
Pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan meliputi:
a. Darah
Pemeriksaan
darah meliputi pemeriksaan laju endap darah, haemoglobin,fosfatase alkali
serum, elektroforesis protein serum, fosfatase asam serum yangmemberikan nilai
diagnostik pada tumor ganas tulang.
b. Urine
Pemeriksaan
urine yang penting adalah pemeriksaan protein Bence-Jones.
Tujuan pengambilan biopsi adalah
memperoleh material yang cukup untuk pemeriksaan histologist, untuk membantu
menetapkan diagnosis serta grading tumor. Waktu pelaksanaan biopsi sangat
penting sebab dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan radiologi yang dipergunakan
pada grading. Apabila pemeriksaan CT-scan dilakukan setelah biopsi, akan tampak
perdarahan pada jaringan lunak yang memberikan kesan gambaran suatu keganasan pada
jaringan lunak.
Ada dua metode pemeriksaan biopsi,
yaitu :
a. Biopsi tertutup dengan menggunakan
jarum halus (fine needle aspiration, FNA) dengan menggunakan sitodiagnosis,
merupakan salah satu biopsi untuk melakukan diagnosis pada tumor.
b. Biopsi terbuka.
Biopsi
terbuka adalah metode biopsi melalui tindakan operatif. Keunggulan biopsi
terbuka dibandingkan dengan biopsi tertutup, yaitu dapat mengambil jaringan
yang lebih besar untuk pemeriksaan histologis dan pemeriksaan ultramikroskopik,
mengurangi kesalahan pengambilan jaringan, dan mengurangikecenderungan
perbedaan diagnostik tumor jinak dan tunor ganas (seperti antara enkondroma dan
kondrosakroma, osteoblastoma dan osteosarkoma). Biopsi terbuka tidak boleh
dilakukan bila dapat menimbulkan kesulitan pada prosedur operasi berikutnya,
misalnya pada reseksi end-block .
H. Penatalaksanaan Medik dan
Keperawatan
Pengobatan bertujuan untuk
menghancurkan atau mengankat jaringan maligna dengan menggunakan metode yang
seefektif mungkin.
Penatalaksanaan yang bisa diberikan:
1. Tindakan Medis
a. Pembedahan secara menyeluruh atau
amputasi. Amputasi dapat dilakukan melalui tulang daerah proksimal tumor atau
sendi proksimal dari pada tumor.
b. Kemoterapi.
Merupakan
senyawa kimia untuk membunuh sel kanker. Efektif pada kanker yang sudah
metastase. Dapat merusak sel normal.
Regimen
standar kemoterapi yang dipergunakan dalam pengobatan osteosarkamo adalah
kemoterapi preoperative (preoperative chemotherapy) yang disebut juga dengan
induction chemotherapy atau neoadjuvant chemotherapy dan kemoterapi
postoperative (postoperative chemotherapy) yang disebut juga dengan adjuvant
chemotherapy.
Kemoterapi
preoperatif merangsang terjadinya nekrosis pada tumor primernya, sehingga tumor
akan mengecil. Selain itu akan memberikan pengobatan secara dini terhadap
terjadinya mikro-metastase. Keadaan ini akan membantu mempermudah melakukan
operasi reseksi secara luas dari tumor dan sekaligus masih dapat mempertahankan
ekstrimnya. Pemberian kemoterapi posperatif paling baik dilakukan secepat
mungkin sebelum 3 minggu setelah operasi.
Obat-obat
kemoterapi yang mempunyai hasil cukup efektif untuk osteosarkoma adalah :
doxorubicin (Andriamycin), cisplatin (Platinol), ifosfamide (Ifex), mesna
(Rheumatrex). Protocol standar yang digunakan adalah doxorubicin dan cisplatin
dengan atau tanpa methotrexate dosis tinggi, baik sebagai terapi induksi
(neoadjuvant) atau terai adjuvant. Kadang-kadang dapat ditambah dengan
ifosfamide. Dengan menggunakan pengobatan multi-agent ini, dengan dosis
yang intensif, terbukti memberikan perbaikan terhadap survival rate 60-80%.
c. Radiasi
Efek
lanjut dari radiasi dosis tinggi adalah timbulnya fibrosis. Apabila fibrosisini
timbul di sekitar pleksus saraf maka bisa timbul nyeri di daerah yang
dipersarafinya. Nyeri di sini sering disertai parestesia. Kadang-kadang akibat
fibrosis ini terjadi pula limfedema di daerah distal dari prosesfibrosis
tersebut. Misalnya fibrosis dari pleksus lumbosakral akan menghasilkan nyeri
disertai perubahan motorik dan sensorik serta limfedema di kedua tungkai.
d. Analgesik atau tranquiser.
Analgesik
non narkotik, sedativa, psikoterapi serta bila perlu narkotika.
e. Diet tinggi protein tinggi kalori
2. Tindakan
Keperawatan
a.
Manajemen Nyeri
Teknik manajemen nyeri secara
psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi
) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).
b.
Mengajarkan
mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk
mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan
keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.
c.
Memberikan
nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual,
muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga
perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat
mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat
dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
d.
Pendidikan
Kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan
pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi,
dan teknik perawatan luka di rumah.
e.
pemberian
teknik distraksi terapi music, teknik ini dapat menurunkan skala nyeri.
KONSEP
KEPERAWATAN
Anak MR, laki-laki umur 12
tahun 9 bulan masuk dari poli anak ke ruang kemoterapi dengan rencana pro
kemoterapi protokol pengobatan Osteosarcoma pemberian Epirubicin dan Cisplatin
selama 3 hari. Saat masuk KU baik, compos mentis. Tanda vital TD=90/60 mmHg, N=
96x/menit, Suhu= 36,70C, P=22x/menit. Hasil lab Hb=11,1 gr/dl, WBC=4,67 x
103/µL, PLT = 101x103/µL. Berat badan 43 kg, tinggi badan 154 cm. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan ekstremitas kiri bawah sudah diamputasi oleh
karena proses malignan, mobilisasi klien menggunakan alat penyanggah tongkat.
Skor jatuh dengan menggunakan skala Humpty Dumpty 10. Pada hari kedua
kemoterapi anak mengalami muntah 6x dan anoreksia.
A. Pengkajian Keperawatan
a.
IDENTITAS
PASIEN
b. Nama : An. MR
c. Umur
: 12 tahun 9 bulan
d. Jenis
Kelamin : Laki-laki
e. No.
Rekam Medis : -
f.
Diagnosa Medis : Osteosarkoma
a.
KELUHAN
UTAMA
-
M
-
n
b.
PEMERIKSAAN
FISIK
a.
Tanda-Tanda
Vital :
1. TD
: 90/60 mmHg
2. N
: 96x/menit
3. S
: 36,7oC
4. P
: 22x/menit
b.
Tinggi
badan : 154
cm
c.
Berat
Badan : 43 kg
A.
Analisa
Data
|
Batasan
Karakteristik Data (DS dan DO) |
Diagnosa
Keperawatan |
|
1. Ds a. Pasien
mengatakan mual dan muntah b. Pasien
mengatakan sakit kepala 2. Do a. Pasien
terlihat pucat b. TD
: 110/80 mmHg c. N
: 80x/i d. S
: 37 e. P
: 20x/i |
Resiko
Ketidakseimbangan cairan & elektrolit |
|
1.
Ds a. Pasien
mengatakan susah BAB 2.
Do
TTV 1. TD
: 110/80 mmHg 2. N
: 80x/i 3. S
: 37 4. P
: 20x/i |
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang
dari kebutuhan tubuh |
|
1. Ds a. Pasien
mengatakan mual dan muntah 2. Do a. TD
: 110/80 mmHg b. N
: 80x/i c. S
: 37 d. P
: 20x/i |
Mobilisasi |
|
|
Intoleran
aktivitas |
|
|
Gangguan
citra tubuh b/d perubahan citra tubuh |
B.
Diagnosa
Keperawatan
1.
Resiko
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
2.
Resiko Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
3.
Intoleran Aktivitas
4.
Mobilisasi
5.
Gangguan citra
tubuh b/d perubahan struktur tubuh
C.
Intervensi
|
No |
Diagnosa
Keperawatan |
NOC |
NIC |
|
1. |
Domain : 2 Nutrisi. Kelas :
1 Makan Kode Dx : 00002 DX : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh |
Selama dilakukan
tindakan keperawatan 1x24 Jam diharapkan pasien menunjukan kriteria (1014) Nafsu Makan : 1. (101401)
Hasrat/keinginan untuk makan dari cukup terganggu menjadi tidak terganggu 2. (101406)
intake makanan dari cukup terganggu menjadi tidak terganggu 3. (101407)
intake nutrisi dari cukup terganggu menjadi tidak terganggu 4. (101408)
intake cairan dari cukup terganggu menjadi tidak terganggu |
(1030) Manajemen Gangguan Makan 1. Ajarkan
dan dukung konsep nutrisi yang baik dengan klien (dan orang terdekat klien
dengan tepat). 2. Dorong
klien untuk memonitor sendiri asupan makanan harian dan menimbang berat badan
secara tepat. 3. Bangun
harapan terkait dengan perilaku makan yang baik, intake/asupan makanan/cairan
dan jumlah aktivitas fisik. 4. Berikan
dukungan dan arahan jika diperlukan. |
|
2. |
Domain : 3 Eliminasi Dan Pertukaran Kelas : 2 Fungsi gastrointestinal Kode Dx : 00011 Dx : konstipasi |
Selama dilakukan
tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan pasien menunjukan kreteria (0501) Eliminasi Usus : 1. (050101) pola eliminasi dari
cukup terganggu menjadi tidak terganggu 2. (050112) kemudahan BAB dari
cukup terganggu menjadi tidak terganggu |
(0450) Manajemen Saluran cerna 1.
Monitor adanyan tanda dan gejala
diare, konstipasi, dan impaksi. 2.
Ajarkan pasien mengenai
makanan-makanan tertentu yang membantu mendukung keteraturan (aktivitas) usus 3.
Memulai program latihan saluran
cerna, dengan cara yang tepat 4.
Mendorong penurunan asupan makan
pembentukan gas yang sesuai 5.
Instruksikan pasien mengenai
makanan tinggi serat, dengan cara yang tepat 6.
Berikan cairan hangat setelah makan
dengan cara yang tepat 7.
Dapatkan guaiac untuk (melancarkan)
feses dengan cara yang tepat. |
|
3. |
Domain : 12 kenyamanan Kelas : 1 Kenyamanan
fisik Kode Dx : 00134 Dx : Mual |
Selama dilakukan
tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan pasien menunjukan kriteria (2106) mual &
muntah : efek yang mengganggu : 1. (210602) Asupan
makanan berkurang dari cukup menjadi tidak ada 2. (210625) kehilangan
selera makan dari cukup menjadi tidak ada 3. (210608) Penurunan
berat badan dari cukup menjadi tidak ada |
(1450) Manajemen Mual 1.
Monitor asupan makanan terhadap
kandungan gizi dan kalori 2.
Timbang berat badan secara teratur 3.
Berikan informasi mengenai mual,
seperti penyebab mual dan berapa lama itu akan berlangsung. 4.
Dorong pasien untuk belajar
mengatasi mual sendiri. |
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda juall. (2009). Keperawatan Maternitas, Penerbit Buku Kedokteran,EGC.
Jakarta
Mansjoer. (2010). Kapita Selekta
Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Penerbit MediaAesculapius. Jakarta
Kusuma,.K. 2013 Asuhan Keperawata berdasarkan Nanda
NIC-NOC.Yogjakarta: salemba Medika
Jones. (2011). Dasar-Dasar Obstetri Dan
Ginekologi, Edisi 6. Alih Bahasa Hadyanto.Jakarta
Mochtar, Rustam. 2015. Sinopsis Obstetri Jilid I
Edisi 2. Jakarta: EGC.Manuaba, IB.2001. Konsep Obstetri dan Ginekologi Sosial
Indonesia. Jakarta:EGC.Wiknjosostro, Hanita. 2002. Ilmu Kebidanan Edisi III.
Jakarta:Yayasan BimaPustaka Sarwana Prawirohardjo
Postingan Populer
SAP (Satuan Acara Penyuluhan) DAN PENYULUHAN KEBERSIHAN DIRI
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar