Langsung ke konten utama

Unggulan

JANGAN BERIKAN DIRIMU SECARA GRATIS KEPADA PRIA RENDAHAN.

 Jangan serahkan dirimu atas nama "CINTA" kepada pria yang belum tentu menjadi suami kamu. Karena kamu akan dijadikan bahan tertawaan di tempat tongkrongannya. Kamu tahu apa yang mereka tertawakan?  Pria yang sudah kamu berikan dirimu secara "GRATIS" itu, menceritakan betapa rendahnya harga diri kamu dan bentuk tubuh kamu secara terperinci. Jangan pernah beralasan bahwa, Perempuan selalu menggunakan perasaan dan pria menggunakan logika. Pria dan wanita sama-sama diberikan Tuhan "OTAK DAN AKAL" untuk berpikir secara logika. Jangan pernah melakukan sex sebelum menikah, cintai diri kamu sendiri, jangan termakan rayuan rendahan para pria itu.   Saran saya, sebelum melakukan sesuatu gunakanlah otak kamu itu untuk berpikir, apakah dampak positif dan negatif yang akan terjadi jika kamu melakukan itu.

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN OSTEOSARCOMA

 

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN OSTEOSARKOMA

 

logo stikpan

 

KELOMPOK III

Amriani                                   (1801047)

Novi                                        (1801025)

Nadika Mutya Pratista                        (1801013)

Selvianti Anggela                   (1801016)

Andi Muh. Firmansyah           (1801038)

Muliani Indah Sari                  (1801022)

Jody Supriadi                          (1801018)

Muh. Farhan Rizqullah           (1801019)

Ismeralda Labinisi                   (1801020)

Martina Yosnalia Watem        (1801021)

Shavira Caprilya                     (1801092)

Winda Puspitasari                   (1801036)

Suharni                                   (1801040)

Sarah                                      (1801042)

       Sekarini M                              (1801043)

       Murnayunita Zakaria              (1801044)

Nur Wahida                            (1801045)

       Anggri Haryadin                     (1801050)

       Ericha                                      (1801051)

Yunita A. Makai              (1701034)

 

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR

2021

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Osteosarkoma, merupakan tumor tulang ganas yang paling sering terjadi pada kelompok anak-anak. Tumor ini dicirikan oleh adanya produksi matriks osteoid dan sel tulang oleh sel spindel yang ganas. Insidensnya terbanyak pada kelompok umur dekade kedua dan terendah setelah usia 50 tahun. Osteosarkoma muncul di sekitar lempeng pertumbuhan dari tulang panjang. Mayoritas osteosarkoma tergolong high grade dan memiliki kecenderungan untuk metastasis ke paru-paru. Progresivitas osteosarkoma ditentukan oleh metastasis dan rekurensi yang timbul. Penderita osteosarkoma yang datang berobat biasanya sudah mencapai stadium lanjut dan telah mengalami proses metastasis, umumnya penderita ini memiliki prognosis yang buruk. Proses metastasis dapat dievaluasi dengan melakukan evaluasi klinis dan radiologis. Masih belum banyak penelitian yang meneliti parameter laboratorium pada proses metastasis dan rekurensi pada osteosarkoma. Dari kenyataan ini timbul suatu pemikiran apakah progresivitas osteosarkoma yang dicirikan oleh adanya metastasis dan rekurensi dapat dievaluasi dengan melakukan pemeriksaan parameter-parameter laboratorium. 

Salah satu pemeriksaan laboratorium yang hingga saat ini masih kontroversial adalah BMP-2 (Bone Morphogenetic Protein-2). Bone morphogenetic protein (BMPs) termasuk dalam kelompok transforming growth factor β superfamily. BMPs memiliki banyak fungsi, termasuk di antaranya yaitu pembentukan tulang. Peningkatan ekspresi BMP tampak terlihat dalam proses normal dari perbaikan tulang, dan BMPs juga terekspresikan pada proses keganasan, seperti osteosarkoma. Dalam studi yang dilakukan oleh Raida dkk. disebutkan bahwa BMP-2 dapat menginduksi proses tumor angiogenesis (Raida M, et al. 2005). Demikian pula dengan penelitian Luo dkk (2008) yang menyatakan bahwa BMP dapat menginduksi pertumbuhan tumor pada osteosarkoma. Namun pada studi yang dilakukan oleh Wang dkk. Disebutkan bahwa penggunaan BMP-2 dapat menghambat progresivitas sel tumor osteosarkoma dengan memberikan efek supresi atau bahkan mengeliminasi sel-sel tumor tulang tersebut (Wang et al., 2012). Penelitian lain yang dilakukan oleh Rici dkk. memberikan hasil yang serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Wang, dimana Rici menemukan bahwa modulasi angiogenesis dari osteosarkoma pada anjing dapat dilakukan dengan pemberian BMP-2 dan sel stem mesenkim (Rici et al., 2013).

Berhubungan dengan kontroversi terhadap peran dari BMP-2 pada osteosarkoma, apakah menginduksi ataukah mensupresi/mengeliminasi, maka pada penelitian ini, penulis ingin mengetahui apakah ada hubungan antara ekspresi BMP-2 dengan progresivitas dari osteosarkoma yang dapat dievaluasi dengan melakukan analisis pada tingkat metastasis dan rekurensinya. 

B.     Anatomi Fisiologi Kasus

Tulang terdiri dari beragam bentuk dan ukuran, ada yang panjang, ada yang pipih, ada yang bentuknya seperti biji. Secara garis besar tulang dapat di klasifikasikan berdasarkan bentuknya yang panjang, pendek, pipih dan tidak beraturan.

1.         Tulang panjang, yaitu tulang yang berbentuk silindris, yang terdiri dari difisis dan epifisis yang berfungsi untuk menahan berat tubuh dan berperan dalam pergerakan.

2.         Tulang pendek, yaitu tulang yang berstruktur kuboid yang biasanya ditemukan berkelompok yang berfungsi memberikan kekuatan dan kekompakkan pada area yang pergerakannya terbatas. Contoh tulang pergelangan tangan dan kaki

3.         Tulang pipih, yaitu tulang yang strukturnya mirip lempeng yang berfungsi untuk memberikan suatu permukaan yang luas untuk perlekatan otot dan memberikan perlindungan. Contoh sternum, scapulae, iga, tulang tengkorak.

4.         Tulang irreguler,  yaitu tulang yang bentuknya tidak beraturan dengan struktur tulang yang sama dengan tulang pendek. Contoh tulang vertebrae dan tulang panggul.

5.         Tulang sesamoid, yaitu tulang kecil bulat yang masuk dalam formasi persendian yang bersambung dengan kartilago, ligamen atau tulang lainnya. Contoh patella. (Setiadi , 2007)

 

           Matriks tulang

 50% dari berat matriks tulang adalah bahan anorganik, yang teristimewa dan banyak dijumpai adalah kalsium dan fosfor, namun bikarbonat, sitrat, magnesium, kalium, dan natrium juga ditemukan . Bahan organik dalam matriks tulang adalah kolagen tipe I da substansi dasar, yang mengandung agregat proteoglikan dan beberapa glikoprotein struktural spesifik. Glikoprotein tulang bertanggung jawab atas kelancaran kalsifikasi matriks tulang. Jaringan lain yang mengandung kolagen tipe I biasanya tidak mengapur dan tidak mengandung glikoprotein tersebut. Karena kandungan kolagen tinggi, matriks tulang yang terdekalsifikasi terikat kuat dengan pewarna serat kolagen (Junqueira, 2007).

 Gabungan mineral dan serat kolagen memberikan sifat keras dan ketahanan pada jaringan tulang. Setelah tulang terdekalsifikasi, bentuknya tetap terjaga, namun menjadi fleksibel mirip tendon. Walaupun bahan organik dari matriks tulang sudah menghilang, bentuk tulang masih tetap terjaga, namun menjadi rapuh, mudah patah dan hancur bila dipegang. (Junqueira, 2007).

           Osteoblas 

 Osteoblas bertanggung jawab atas sintesis komponen organik matriks tulang (kolagen tipe I, proteoglikan, dan glikoprotein). Deposisi komponen anorganik dari tulang juga bergantung pada adanya osteoblas aktif. Osteoblas hanya terdapat pada permukaan tulang, dan letaknya berseblahan, mirip epitel selapis. Bila osteoblas aktif menyintesis matriks, osteoblas memiliki bentuk kuboid sampai silindris dengan sitoplasma basofilik. Bila aktivitas sintesisnya menurun seltersebut dapat menjadi gepeng dan sifat basofilik pada sitoplasmanya akan berkurang (Junqueira,2007).

           Osteosit 

 Osteosit berasal dari osteoblas, terletak di dalam lakuna yang terletak di antara lamela-lamela matriks. Hanya ada satu osteosit di dalam satu lakuna. Bila dibandingkan dengan osteoblas, osteosit yang gepeng dan berbentuk kenari tersebut memiliki sedikit retikulum endoplasma kasar dan kompleks Golgi serta kromatin inti yang lebih padat. Sel-sel ini secara aktif terlibat untuk mempertahankan matriks tulang, dan kematiannya diikuti oleh resorpsi matriks tersebut (Junqueira, 2007).

 

           Osteoklas 

 Sel motil bercabang yang sangat besar. Bagian badan sel mengandung sampai 50 inti atau bahkan lebih. Pada daerah terjadinya resorpsi tulang, osteoklas terdapat di dalam lekukan yang terbentuk akibat kerja enzim pada matriks, yang dikenal dengan lakuna Howsip. Osteoklas berasal dari penggabungan sel-sel sumsum tulang belakang. Osteoklas mengeluarkan kolagenase dan enzim proteolitik lain yang menyebabkan matriks tulang melepaskan substansi dasar yang mengapur (Junqueira, 2007).

 

           Periosteum

 Terdiri atas lapisan luar serat-serat kolagen dan fibroblas. Berkas serat kolagen periosteum memasuki matriks tulang dan mengikat periosteum pada tulang. Lapisan periosteum yang lebih banyak mengandung sel berpotensi membelah melalui mitosis dan berkembang menjadi osteoblas. Sel ini disebut sel osteoprogenitor dan sel ini berperan penting pada pertumbuhan dan perbaikan tulang (Junqueira, 2007).

           Endosteum 

 Melapisi semua rongga dalam di dalam tulang dan terdiri atas selapis sel osteoprogenitorgepeng dan sejumlah kecil jaringan ikat. Karenanya, endosteum lebih tipis daripada periosteum. (Junqueira,2007)

 Fungsi utama periosteum dan endosteum adalah memberi nutrisi kepada jaringan tulang dan menyediakan osteoklas beru secara kontinu untuk perbaikan atau pertumbuhan tulang. (Junqueira,2007)

 

·         Fisiologi

 Tulang berasal dari kata osteo sehingga sel tulang disebut osteosit. Matriks tulang yang tersusun atas garam kalsium dan kolagen, yang membuatnya kuat, keras dan tidak fleksibel. Pada bedan tulang panjang misalnya femur, osteosit matriks dan pembuluh darah terangkai amat rapi yang disebut sistem havers. Tulang memiliki suplai darah yang bagus sehingga berperan sebagai tempat penimbunan kalsium, dan ketika terjadi faktur ringan, tulang dapat memperbaiki dirinya sendiri relatif cepat. Beberapa tulang , misalnya sternum dan tulang pelvis, mengandung sumsum tulang merah, yang berperan sebagai jaringan hemopoietik  yang menghasilkan darah (Scanlon, 2007).

                        Fungsi tulang antara lain adalah sebagai berikut:

1.         Sebagai formasi kerangka yang  menopang tubuh, membentuk tubuh dan ukuran tubuh, dan sebagai tempat perlekatan otot sebagai alat gerak aktif.

2.         Melindungi beberapa organ dalam dari kerusakan mekanis, misalnya, rangka dada melindungi jantung dan paru-paru.

3.         Mengandung dan melindungi sumsum tulang belakang yang berperan dalam proses hematopoiesis (pembentukan sel-sel darah merah)

4.         Menjadi tempat penyimpanan minelar teutama kalsium. Kalsium dapat dipindahkan dari tulang untuk mempertahan kan kadar kalsium darah, yang penting bagi pembekuan darah serta fungsi otot dan syaraf. (Scanlon, 2007)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

KONSEP MEDIS

A.    Pengertian

Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) merupakan tulang primer maligna yang paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak.rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki (Smeltzer, 2001).

Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle. 1999: 244). Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.(Wong. 2003: 595).

Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. (Price. 1998: 1213).

 

B.     Klasifikasi

I.          Tumor Tulang Jinak (Benigna)

II.          Tumor Tulang Ganas (Maligna)

·           Primer

·           Sekunder (Metastatic)

1.      Tumor Tulang Jinak (Benigna)

Tumbuh lambat, berbatas tegas, gejalanya sedikit dan tidak menyebabkan kematian.

Jenis tumor tulang jinak:

·         Kista tulang

·         Osteokondroma

·         Osteoid osteoma

·         Giant cell tumor

A.       Kista Tulang

Ø Kista tulang aneurisma : Teraba massa + nyeri di tulang panjang,vertebra atau tulang pipih.

Ø Kista tulang unikamera : Terjadi pada anak-anak, nyeri ringan, kadang sembuh spontan.

 

B.       Osteokondroma

Tumor yang membentuk tulang rawan (kondrogenik)

-          Sering terjadi.

-          Teraba massa di lutut dan bahu

C.       Osteoid Osteoma

Tumor yang membentuk tulang (osteogenik).

Ø Tumor nyeri yang terjadi pada anak-anak dan dewasa muda

D.       Giant cell tumor

Terjadi pada dewasa muda dan bersifat lunak serta haemoragis.

Ø Dapat menginvasi jaringan local dan menyebabkan destruksi

2.      Tumor Tulang Ganas (Maligna) Primer

Tumor tulang maligna primer relative jarang dan biasanya tumbuh dari sel jaringan ikatdan penyokong atau elemen sumsum tulang (myeloma).

·         Jenis-jenis tumor tulang ganas

o   Osteosarcoma

o   Kondrosarcoma

o   Fibrosarcoma

a.    Osteosarcoma

Tumor yang membentuktulang (osteogenik)

o   Merupakan tumor tulang ganas yang paling sering dan paling fatal

b.    Kondrosarcoma

Tumor besar yang tumbuhnya lambat dan mengenaiorang dewasa (pria lebih sering).

o   Kedua terbanyak

o   Metastasis jarang hanya terjadikurang dari 50% penderita.

c.    Fibrosarcoma

Merupakan tumor jaringan ikat.

o   Tumor tulang malignan yang paling jarang

o   Lokasi tersering di lutut dan femur

3.      Tumor Tulang Ganas Sekunder

-          Tumor ini lebih sering daripada tumor ganas primer

-          Tumor dari jaringan tubuh mana saja →menginvasi tulang →terjadi destruksitulang → gejalanya mirip dengan tumor ganas primer

-          Tumor yang bermetastasis ketulang yangpaling sering bersasal dari :

o   Ca ginjal - Ca Payudara

o   Ca prostat - Ca Ovarium

o   Ca paru - Ca tiroid

-          Tulang yang terkena metastasis paling sering :

o   Kranium

o   Vertebra

o   Pelvis

o   Femur

o   Humerus

 

C.    Etiologi

Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, Keturunan, Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajananradiasi ), (Smeltzer. 2001). Adapun faktor predisposisi yang dapat menyebabkan osteosarcoma antara lain :

1.       Trauma Osteosarcoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinyainjuri. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap sebagai penyebab utama karena tulang yang fraktur akibat trauma ringan maupun parah jarang menyebabkan osteosarcoma.

2.       Ekstrinsik karsinogenik

Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi dosis juga diduga merupakan penyebab terjadinya osteosarcoma ini. Salah satu contohadalah radium. Radiasi yang diberikan untuk penyakit tulang seperti kista tulanganeurismal, fibrous displasia, setelah 3-40 tahun dapat mengakibatkanosteosarcoma.

3.       Karsinogenik kimia

Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita tuberculosismengakibatkan 14 dari 53 pasien berkembang menjadi osteosarcoma.

4.       Virus

Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan osteosarcoma baru dilakukan pada hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk menemukan oncogenik virus pada osteosarcoma manusia tidak berhasil. Walaupun beberapa laporan menyatakan adanya partikel seperti virus pada sel osteosarcoma dalam kultur jaringan. Bahan kimia, virus, radiasi, dan faktor trauma. Pertumbuhan yang cepat dan besarnya ukuran tubuh dapat juga menyebabkan terjadinya osteosarcoma selama masa pubertas. Hal ini menunjukkan bahwa hormon sex penting walaupun belum jelas bagaimana hormon dapat mempengaruhi perkembanagan osteosarcoma.

5.       Keturunan ( genetik )

 

D.    Patofisiologi

Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi partumbuhan tulang yang abortif. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan sering dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang. Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang penyebab pastinya tidak diketahui. Ada beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan osteosarkoma. Sel berdiferensiasi dengan pertumbuhan yang abnormal dan cepat pada tulang panjang akan menyebabkan munculnya neoplasma (osteosarkoma). Penampakan luar dari osteosarkoma adalah bervariasi. Bisa berupa :

1.       Osteolitik dimana tulang telah mengalami perusakan dan jaringan lunak diinvasi oleh tumor.

2.       Osteoblastik sebagai akibat pembentukan tulang sklerotik yang baru.

Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi, dan pada hasil pemeriksaan radigrafi menunjukkan adanya suatu bangunan yang berbentuk segitiga. Walaupun gambaran ini juga dapat terlihat pada berbagai bentuk keganasantulang yang lain, tetapi bersifat khas untuk osteosarkoma; tumor itu sendiri dapat menghasilkan suatu pertumbuhan tulang yang bersifat abortif. Gambaran seperti ini pada radiogram akan terlihat sebagai suatu “sunburst” (pancaran sinar matahari). Reaksi tulang normal dengan respon osteolitik dapat bermetastase ke paru- parudan keadaan ini diketahui ketika pasien pertama kali berobat. Jika belum terjadi penyebaran ke paru-paru, maka angka harapan hidup mencapai 60%. Tetapi jika sudah terjadi penyebaran ke paru-paru merupakan angka mortalitas tinggi. Tumor bisa menyebabkan tulang menjadi lemah. Patah tulang di tempat tumbuhnya tumor disebut fraktur patologis dan seringkali terjadi setelah suatu gerakan rutin. Dapat juga terjadi pembengkakan, dimana pada tumor mungkin teraba hangat dan agak memerah. (Smeltzer, Suzanne C, 2001).

 

E.     Tanda dan Gejala

Gejala dan tanda biasanya dapat terjadi seminggu atau sebulan sebelum pasien didiagnosa.

Gejala umum :

• Adanya rasa sakit, ketika beraktifitas

• Penderita osteosarkoma akan merasakan nyeri pada tulangnya pada saat malam hari.

• Penderita osteosarkoma sering jatuh

• Bengkak, tergantung besar dan lokasi lesi

• Faktor herediter

Gejala sistemik :

• Demam

• Berkeringat pada malam hari (biasanya terjadi pada penderita tuberculosis yang menggunakan thorium sebagai obat )

Pemeriksaan secara fisik biasanya dilakukan untuk mengetahui tumor primer antara lain :

• Palpasi, adanya massa yang lunak dan panas.

• Adanya pergerakan

• Respiratori, auskultasi yang tidak normal.

 

F.     Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul,antara lain gangguan produksi anti- bodi, infeksi yang biasa disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang yang luas dan merupakan juga efek dari kemoterapi, radioterapi,dan steroid yang dapat menyokong terjadinya leucopenia dan fraktur patologis, gangguan ginjal dan system hematologis,serta hilangnya anggota ekstremitas. Komplikasi lebih lanjut adalah adanya tanda-tanda apatis dan kelemahan.

 

G.    Pemeriksaan Penunjang

1.    Pemeriksaan Radiologi

Biasanya gambaran radiogram dapat membantu untuk menentukan keganasan relatif daritumor tulang. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis meliputi foto sinar-x lokal pada lokasi lesi atau foto survei seluruh tulang (bone survey) apabila ada gambaran klinis yang mendukung adanya tumor ganas/ metastasis. Foto polos tulang dapat memberikan gambaran tentang:

a.       Lokasi lesi yang lebih akurat, apakah pada daerah epifisis, metafisis, diafisis, ataupada organ-organ tertentu.

b.      Apakah tumor bersifat soliter atau multiple.

c.       Jenis tulang yang terkena.

d.      Dapat memberikan gambaran sifat tumor, yaitu:

e.       Batas, apakah berbatas tegas atau tidak, mengandung kalsifikasi atau tidak.

f.        Sifat tumor, apakah bersifat uniform atau bervariasi, apakah memberikan reaksi pada periosteum, apakah jaringan lunak di sekitarnya terinfiltrasi.

g.      Sifat lesi, apakah berbentuk kistik atau seperti gelembung sabun.

 

a.       Pemindaian radionuklida.

Pemeriksaan ini biasanya dipergunakan pada lesi yang kecil seperti osteoma.

b.      CT-scan.

Pemeriksaan CT-scan dapat memberikan informasi tentang keberadaantumor, apakah intraoseus atau ekstraoseus.

c.       MRI

MRI dapat memberika informasi tentang apakah tumor berada dalam tulang,apakah tumor berekspansi ke dalam sendi atau ke jaringan lunak.

2.      Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan tambahan/ penunjang dalam membantu menegakkan diagnosis tumor.

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi:

a.       Darah

Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan laju endap darah, haemoglobin,fosfatase alkali serum, elektroforesis protein serum, fosfatase asam serum yangmemberikan nilai diagnostik pada tumor ganas tulang.

b.      Urine

Pemeriksaan urine yang penting adalah pemeriksaan protein Bence-Jones.

3.         Biopsi

Tujuan pengambilan biopsi adalah memperoleh material yang cukup untuk pemeriksaan histologist, untuk membantu menetapkan diagnosis serta grading tumor. Waktu pelaksanaan biopsi sangat penting sebab dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan radiologi yang dipergunakan pada grading. Apabila pemeriksaan CT-scan dilakukan setelah biopsi, akan tampak perdarahan pada jaringan lunak yang memberikan kesan gambaran suatu keganasan pada jaringan lunak.

Ada dua metode pemeriksaan biopsi, yaitu :

a.       Biopsi tertutup dengan menggunakan jarum halus (fine needle aspiration, FNA) dengan menggunakan sitodiagnosis, merupakan salah satu biopsi untuk melakukan diagnosis pada tumor.

b.      Biopsi terbuka.

Biopsi terbuka adalah metode biopsi melalui tindakan operatif. Keunggulan biopsi terbuka dibandingkan dengan biopsi tertutup, yaitu dapat mengambil jaringan yang lebih besar untuk pemeriksaan histologis dan pemeriksaan ultramikroskopik, mengurangi kesalahan pengambilan jaringan, dan mengurangikecenderungan perbedaan diagnostik tumor jinak dan tunor ganas (seperti antara enkondroma dan kondrosakroma, osteoblastoma dan osteosarkoma). Biopsi terbuka tidak boleh dilakukan bila dapat menimbulkan kesulitan pada prosedur operasi berikutnya, misalnya pada reseksi end-block .

 

H.  Penatalaksanaan Medik dan Keperawatan

Pengobatan bertujuan untuk menghancurkan atau mengankat jaringan maligna dengan menggunakan metode yang seefektif mungkin.

Penatalaksanaan yang bisa diberikan:

1.    Tindakan Medis

a.       Pembedahan secara menyeluruh atau amputasi. Amputasi dapat dilakukan melalui tulang daerah proksimal tumor atau sendi proksimal dari pada tumor.

b.      Kemoterapi.

Merupakan senyawa kimia untuk membunuh sel kanker. Efektif pada kanker yang sudah metastase. Dapat merusak sel normal.

Regimen standar kemoterapi yang dipergunakan dalam pengobatan osteosarkamo adalah kemoterapi preoperative (preoperative chemotherapy) yang disebut juga dengan induction chemotherapy atau neoadjuvant chemotherapy dan kemoterapi postoperative (postoperative chemotherapy) yang disebut juga dengan adjuvant chemotherapy.

Kemoterapi preoperatif merangsang terjadinya nekrosis pada tumor primernya, sehingga tumor akan mengecil. Selain itu akan memberikan pengobatan secara dini terhadap terjadinya mikro-metastase. Keadaan ini akan membantu mempermudah melakukan operasi reseksi secara luas dari tumor dan sekaligus masih dapat mempertahankan ekstrimnya. Pemberian kemoterapi posperatif paling baik dilakukan secepat mungkin sebelum 3 minggu setelah operasi.

Obat-obat kemoterapi yang mempunyai hasil cukup efektif untuk osteosarkoma adalah : doxorubicin (Andriamycin), cisplatin (Platinol), ifosfamide (Ifex), mesna (Rheumatrex). Protocol standar yang digunakan adalah doxorubicin dan cisplatin dengan atau tanpa methotrexate dosis tinggi, baik sebagai terapi induksi (neoadjuvant) atau terai adjuvant. Kadang-kadang dapat ditambah dengan ifosfamide. Dengan menggunakan pengobatan multi-agent ini, dengan dosis yang intensif, terbukti memberikan perbaikan terhadap survival rate 60-80%.

c.       Radiasi

Efek lanjut dari radiasi dosis tinggi adalah timbulnya fibrosis. Apabila fibrosisini timbul di sekitar pleksus saraf maka bisa timbul nyeri di daerah yang dipersarafinya. Nyeri di sini sering disertai parestesia. Kadang-kadang akibat fibrosis ini terjadi pula limfedema di daerah distal dari prosesfibrosis tersebut. Misalnya fibrosis dari pleksus lumbosakral akan menghasilkan nyeri disertai perubahan motorik dan sensorik serta limfedema di kedua tungkai.

d.      Analgesik atau tranquiser.

Analgesik non narkotik, sedativa, psikoterapi serta bila perlu narkotika.

e.       Diet tinggi protein tinggi kalori

2.    Tindakan Keperawatan

a.       Manajemen Nyeri

Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).

b.       Mengajarkan mekanisme koping yang efektif

Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.

c.       Memberikan nutrisi yang adekuat

Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.

d.       Pendidikan Kesehatan

Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.

e.       pemberian teknik distraksi terapi music, teknik ini dapat menurunkan skala nyeri.

 


BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

 

Anak MR, laki-laki umur 12 tahun 9 bulan masuk dari poli anak ke ruang kemoterapi dengan rencana pro kemoterapi protokol pengobatan Osteosarcoma pemberian Epirubicin dan Cisplatin selama 3 hari. Saat masuk KU baik, compos mentis. Tanda vital TD=90/60 mmHg, N= 96x/menit, Suhu= 36,70C, P=22x/menit. Hasil lab Hb=11,1 gr/dl, WBC=4,67 x 103/µL, PLT = 101x103/µL. Berat badan 43 kg, tinggi badan 154 cm. Dari pemeriksaan fisik didapatkan ekstremitas kiri bawah sudah diamputasi oleh karena proses malignan, mobilisasi klien menggunakan alat penyanggah tongkat. Skor jatuh dengan menggunakan skala Humpty Dumpty 10. Pada hari kedua kemoterapi anak mengalami muntah 6x dan anoreksia.

 

A.  Pengkajian Keperawatan

a.        IDENTITAS PASIEN

b.      Nama                                 : An. MR

c.       Umur                                  : 12 tahun 9 bulan

d.      Jenis Kelamin                    : Laki-laki

e.       No. Rekam Medis             : -

f.        Diagnosa Medis                : Osteosarkoma

 

a.        KELUHAN UTAMA

-          M

-          n

b.        PEMERIKSAAN FISIK

a.      Tanda-Tanda Vital :

1.      TD : 90/60 mmHg

2.      N : 96x/menit

3.      S : 36,7oC

4.      P : 22x/menit

b.      Tinggi badan       : 154 cm

c.       Berat Badan        : 43 kg

 

 

 

 

 

A.    Analisa Data

Batasan Karakteristik Data (DS dan DO)

Diagnosa Keperawatan

1.      Ds

a.       Pasien mengatakan mual dan muntah

b.      Pasien mengatakan sakit kepala

2.      Do

a.       Pasien terlihat pucat

b.      TD : 110/80 mmHg

c.       N : 80x/i

d.      S : 37

e.       P : 20x/i

 

 

 

 

 

Resiko Ketidakseimbangan cairan & elektrolit

1.      Ds

a.       Pasien mengatakan susah BAB

2.      Do

TTV

1.      TD : 110/80 mmHg

2.      N : 80x/i

3.      S : 37

4.      P : 20x/i

 

Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

1.      Ds

a.       Pasien mengatakan mual dan muntah

2.      Do

a.       TD : 110/80 mmHg

b.      N : 80x/i

c.       S : 37

d.      P : 20x/i

 

 

 

 

 

Mobilisasi

 

Intoleran aktivitas

 

Gangguan citra tubuh b/d perubahan citra tubuh

 

 

 

B.     Diagnosa Keperawatan

1.      Resiko Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

2.      Resiko Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

3.      Intoleran Aktivitas

4.      Mobilisasi

5.      Gangguan citra tubuh b/d perubahan struktur tubuh

 

C.    Intervensi

No

Diagnosa Keperawatan

NOC

NIC

1.

Domain   : 2 Nutrisi.

Kelas       :  1 Makan

Kode Dx  : 00002

 

DX  : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

 

Selama dilakukan tindakan keperawatan 1x24 Jam diharapkan pasien menunjukan kriteria  (1014) Nafsu Makan :

1.      (101401) Hasrat/keinginan untuk makan dari cukup terganggu menjadi tidak terganggu

2.      (101406) intake makanan dari cukup terganggu menjadi tidak terganggu

3.      (101407) intake nutrisi dari cukup terganggu menjadi tidak terganggu

4.      (101408) intake cairan dari cukup terganggu menjadi tidak terganggu

(1030) Manajemen Gangguan Makan

1.      Ajarkan dan dukung konsep nutrisi yang baik dengan klien (dan orang terdekat klien dengan tepat).

2.      Dorong klien untuk memonitor sendiri asupan makanan harian dan menimbang berat badan secara tepat.

3.      Bangun harapan terkait dengan perilaku makan yang baik, intake/asupan makanan/cairan dan jumlah aktivitas fisik.

4.      Berikan dukungan dan arahan jika diperlukan.

2.

Domain  : 3 Eliminasi Dan Pertukaran

Kelas  : 2 Fungsi gastrointestinal

Kode Dx  : 00011

 

Dx  : konstipasi

Selama dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan pasien menunjukan kreteria

(0501) Eliminasi Usus :

1. (050101) pola eliminasi dari cukup terganggu menjadi tidak terganggu

2. (050112) kemudahan BAB dari cukup terganggu menjadi tidak terganggu

 

(0450) Manajemen Saluran cerna

1.      Monitor adanyan tanda dan gejala diare, konstipasi, dan impaksi.

2.      Ajarkan pasien mengenai makanan-makanan tertentu yang membantu mendukung keteraturan (aktivitas) usus

3.      Memulai program latihan saluran cerna, dengan cara yang tepat

4.      Mendorong penurunan asupan makan pembentukan gas yang sesuai

5.      Instruksikan pasien mengenai makanan tinggi serat, dengan cara yang tepat

6.      Berikan cairan hangat setelah makan dengan cara yang tepat

7.      Dapatkan guaiac untuk (melancarkan) feses dengan cara yang tepat.

3.

Domain : 12  kenyamanan

Kelas : 1 Kenyamanan fisik

Kode Dx : 00134

 

Dx : Mual

Selama dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan pasien menunjukan kriteria

(2106) mual & muntah : efek yang mengganggu :

1. (210602) Asupan makanan berkurang dari cukup menjadi tidak ada

2. (210625) kehilangan selera makan dari cukup menjadi tidak ada

3. (210608) Penurunan berat badan dari cukup menjadi tidak ada

 

(1450) Manajemen Mual

1.      Monitor asupan makanan terhadap kandungan gizi dan kalori

2.      Timbang berat badan secara teratur

3.      Berikan informasi mengenai mual, seperti penyebab mual dan berapa lama itu akan berlangsung.

4.      Dorong pasien untuk belajar mengatasi mual sendiri.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Carpenito, Lynda juall. (2009). Keperawatan Maternitas, Penerbit Buku Kedokteran,EGC. Jakarta

Mansjoer. (2010). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Penerbit MediaAesculapius. Jakarta

Kusuma,.K. 2013 Asuhan Keperawata berdasarkan Nanda NIC-NOC.Yogjakarta: salemba Medika

Jones. (2011). Dasar-Dasar Obstetri Dan Ginekologi,  Edisi 6. Alih Bahasa Hadyanto.Jakarta

Mochtar, Rustam. 2015. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi 2. Jakarta: EGC.Manuaba, IB.2001. Konsep Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia. Jakarta:EGC.Wiknjosostro, Hanita. 2002. Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta:Yayasan BimaPustaka Sarwana Prawirohardjo

 

 

 

 

Komentar

Postingan Populer